Umarbin Al Khatab pernah berkata, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (hâsibû qobla an tuhâsabû)". Oleh karenanya kita harus selalu mengintrospeksi amal kita dari waktu ke waktu secara terus menerus sebelum pada akhirnya nanti kita akan dihisab di akhirat. Sayidina'Umar ibnu Khatab, ra. pernah menyatakan: "Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu." Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, ini adalah dialektika seorang mukmin yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan mengintrospeksi diri. Hasibu qobla an tuhasabu," artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Dalam pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya. KitabHASIBU QOBLA AN TUHASABU Makna PETUK TERLENGKAP Lainnya di toko ini Lihat Semua Kitab AHADITSUN NIKAH Makna PETUK TERLENGKAP Rp 61.000 Kab. Tulungagung Umar Ardhani Kitab TAUBATAN NASHUHA Makna PETUK TERLENGKAP Rp 61.000 Kab. Tulungagung Umar Ardhani Kitab TAREKH TASYRE Makna PETUK Terbaru Terlengkap Rp 116.000 Kab. Tulungagung Umar Ardhani Hasibuanfusakum qobla an tuhasabu. Sebelum saya akhiri, Yuk kita bermuhasabah diri dulu sebelum nantinya kita di hisab oleh Sang Kholiq. Di poin manakah kita ikut : Datang Awal Pulang Akhir; Datang Awal Pulang Awal; Datang Akhir Pulang Akhir; Datang Akhir Pulang Awal. xE5X7. Menebar Islam Rahmatan Lil 'Alamin Navigasi tulisan Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya dalam Al Qu’an surah Quraisy yang artinya Karena kebiasaan orang-orang Quraisy1. Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas2.Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini Ka’bah3.Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan4. Lanjut membaca → Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Ali Imran2-4 yang artinya “Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan Al kitab Al Quran kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, Sebelum Al Quran, menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan” Lanjut membaca → Dalam pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya. Allah swt berfirman “Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.” QS. Al-Mujadilah 6. Sebelum hari perhitungan benar-benar kita hadapi. Pantas jika Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. “Hasibu qobla an tuhasabu,” artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Lanjut membaca → Disebutkan oleh para ulama tafsir tentang surah ini. Misalnya Imam Al-Qurthubi w. 671 H. menegaskan dalam tafsirnya bahwa, surah An-Nashr merupakan surah madaniyyah secara ijma’. Ia dinamakan “Suratut-taudi’” surah perpisahan. Dan ia adalah surah yang terakhir turun, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas ra. dalam Shahih Muslim. Tafsir Al-Qurthubi Al-Jami’ Li-ahkaamil Qur’an X/229. Imam Asy-Syaukani w. 1250 H. juga mengatakan hal yang sama Surah An-Nashr disebut dengan nama “Suratut-taudi’”, dan merupakan surah madaniyyah dengan tanpa adanya perbedaan. Tafsir Fathul Qadir oleh Asy-Syaukani V/508. Lanjut membaca → Kebahagiaan hati orang beriman itu bersumber dari kebaikan dan ketaatan yang dilakukannya sebagai bukti keimanan hatinya. Semakin tinggi tingkat dan nilai ketaatannya, maka semakin besar pula kebahagiaan yang dirasakannya. Dan berzakat menempati peringkat yang sangat tinggi dalam skala prioritas amal ketaatan. Karena ia merupakan salah satu ibadah wajib utama yang diposisikan sebagai rukun Islam ketiga, sehingga dengan berzakat berarti seorang mukmin telah turut andil dalam upaya menegakkan tiang dan pilar penyangga utama bangunan Islam. Lanjut membaca → Selama bulan Ramadhan, syetan-syetan pengganggu dan penggoda dirantai, dibelenggu dan dinonaktifkan oleh Allah Ta’ala. Ini merupakan salah satu rahmat dan karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya, kaum mukminin, yang ingin meraih kemuliaan, kesempurnaan iman dan puncak taqwa yang merupakan salah satu tujuan utama dari ibadah puasa di bulan Ramadhan. Allah subhanahu wata’ala berfirman “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu lebih bertakwa” QS Al-Baqarah 183. Lanjut membaca → Ramadhan merupakan salah satu sarana dan momentum istimewa bagi setiap mukmin atau mukminah untuk ber-muhasabah dan bercermin, yang dengannya ia bisa mengetahui tingkat keimanannya, kualitas ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala, dan kadar kerinduannya pada kehidupan ukhrawi yang bahagia. Dan melalui cermin Ramadhan, seseorang bisa menguji diri dan hatinya, untuk mengetahui sudah berada di tingkat apakah ia? Lanjut membaca → Allah suhaanahu wata’ala berfirman dalam Surah At Takatsur 1. Bermegah-megahan ambisi/syahwat duniawi telah melalaikan kamu. 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur mati. 3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu, 4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang meyakinkan, 6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam, 7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin keyakinan pandangan mata, 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai diminta pertanggung jawaban pada hari itu tentang keni’matan yang kamu megah-megahkan di dunia itu. Lanjut membaca → Tawakkal ialah menyerahkan seluruh urusan kepada Allah subhanahu wata’ala. Tawakkal juga berarti percaya kepada Allah swt, beriman kepada kekuasaann-Nya, kekuatan, dan ilmu-Nya. Jadi, tawakkal ialah bersandar secara total kepada Allah swt dan hasilnya ialah beriman secara nyata sebagian nama dan sifat-Nya. Ibnu Al-Qayyim berkata, “Tawakkal itu separoh agama dan separoh lainnya ialah inabah taubat. Agama itu ibadah dan isti’anah minta pertolongan. Tawakkal ialah minta pertolongan dan inabah ialah ibadah.” Lanjut membaca → Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” QS. Adz-Dzaariyaat 56. Manusia diciptakan tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Semua yang diciptakan di dunia ini adalah untuk manusia agar bisa digunakan sebagai sarana untuk beribadah. Agar ibadah kita diterima Allah swt, harus terpenuhi padanya syarat-syaratnya. Diantara syarat agar ibadah kita diterima adalah. Lanjut membaca → Navigasi tulisan Sayidina Umar ibnu Khatab, ra. pernah menyatakan “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, ini adalah dialektika seorang mukmin yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan mengintrospeksi diri. Sesungguhnya yang dimaksud dengan muhasabah menurut salah seorang ulama sufi, Abdillah al-Muhasibi, bahwa setiap Jiwa dihisab dengan akal, dan datangnya hisab itu berasal dari rasa takut akan kekurangan. Ketakutan atas sesuatu yang akan merugikan, serta adanya keinginan untuk mendapatkan orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al Hasyr 59 18Ujian, musibah dan cobaan, atau apapun istilahnya, sesungguhnya harus disikapi dengan sikap terbaik. Sebagai orang yang beriman kita harus yakin bahwa segala macam yang terjadi pada diri adalah tanda-tanda bahwa Allah menyayangi makhluk yang meyakini- Nya. Makin tinggi keimanan seseorang, maka makin tinggi pula ujian yang diberikan Allah kepadanya. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” QS Al Ankabut 292Sesungguhnya kewajiban bagi orang yang beriman untuk menyikapi segala bentuk takdir Allah, maka ketika diberikan kenikmatan sekecil apapun pasti akan bersyukur, dan manakala diuji dengan seberat apapun ujian pasti akan disikapi dengan sabar. Syukur dan sabar adalah sikap terbaik yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang beriman. Sikap tersebut tidak akan pernah muncul jika dalam diri ini tidak berusaha untuk ber”muhasabah”, satu sikap mengintrospeksi diri atas segala kejadian yang telah menimpa, dan sikap untuk memperbaiki kualitas diri agar mampu lebih survive pada masa yang akan datang. Muhasabah sendiri kelak akan mewariskan kualitas berpikir, kecerdasan, dan mendidik diri untuk bersikap terbai. Kemudian bersyukur atas segala kenikmatan yang telah Allah anugerahkan dan bersabar atas segala ujian yang Allah timpakan. Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu." Artinya, hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan yang pandangan Hasan Al-Bashri, muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir kelak. Sebab Allah swt. tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun, melainkan telah tercatat di sisi-Nya."Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya" QS. Al-Mujadilah 6. Jadi tidak sepatutnya jika seorang muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan, dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan demikian, muhasabah perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, "Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan." Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul pandangan Ibnu Qudamah, seyogianya seorang muslim menyisihkan waktunya pada pagi dan sore hari untuk introspeksi diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir perjalanan satu hari, kebaikan apa yang telah kita lakukan. Pun sebaliknya, keburukan atau dosa apa yang pernah kita perbuat. Dengan demikian, jika kita pandai menghisab diri, insya Allah kita akan terhindar atau paling tidak, meminimalisasi perbuatan pula yang dilakukan para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan Abu Bakar pun menghisab dirinya wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah. Ia berkata, "Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum muslimin, tidak pernah makan dari dinar dan dirham mereka. Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak" HR. Ahmad.Abu Bakar dan sahabat Nabi lainnya benar-benar serius menghisab diri. Hal tersebut tidak lain karena hadis Nabi yang berbunyi, "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara. Tentang umurnya untuk apa dihabiskannya. Tentang masa mudanya digunakan untuk apa. Tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu" Tirmidzi. Home Hobi & Koleksi Buku Agama & Kepercayaan Kitab HASIBU QOBLA AN TUHASABU Makna PETUK TERLENGKAP Informasi BarangSpesifikasiDeskripsiWARNING Kitab yang ASLI Makna PETUK Ada Logo " BIL MAKNA ALA PESANTREN " Memakai bahasa arabKoperasi PONDOK PESANTRENHIDAYATUT THULLABAlamat Petuk puhrubuh Semen Kediri Jawa timurWA O83 862 IOO 2OOKami Menyediakan berbagai macam KITAB Karya KH. AHMAD YASIN ASYMUNI PETUK KITAB MAKNA PESANTREN ATAU PETUK KITAB KUNING KOSONGAN KITAB PEGON KITAB TERJEMAH BAHASA JAWA & INDONESIA Buku" Bahtsul Masail Perlengkapan Sholat Sarung & mukena Alat hadroh & banjari dll Laporkan BarangInformasi PelapakCatatan PelapakCatatan Pelapak tetap tunduk terhadap Aturan penggunaan harga Kitab,Buku maupun terjemah di toko kami TERMURAH.. 99% Buku & Kitabnya READY.. Potongan ongkir pakai kode J&T KIRIMJT Silahkan di order kitabnya di Toko SANTRI ONLINE STORE.. Laporkan Pelapak Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu." Artinya, hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan yang pandangan Hasan Al-Bashri, muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir kelak. Sebab Allah swt. tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun, melainkan telah tercatat di sisi-Nya. "Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya" QS. Al-Mujadilah 6. Jadi tidak sepatutnya jika seorang muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan, dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan demikian, muhasabah perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, "Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan." Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul pandangan Ibnu Qudamah, seyogianya seorang muslim menyisihkan waktunya pada pagi dan sore hari untuk introspeksi diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir perjalanan satu hari, kebaikan apa yang telah kita lakukan. Pun sebaliknya, keburukan atau dosa apa yang pernah kita perbuat. Dengan demikian, jika kita pandai menghisab diri, insya Allah kita akan terhindar atau paling tidak, meminimalisasi perbuatan pula yang dilakukan para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan Abu Bakar pun menghisab dirinya wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah. Ia berkata, "Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum muslimin, tidak pernah makan dari dinar dan dirham mereka. Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak" HR. Ahmad.Abu Bakar dan sahabat Nabi lainnya benar-benar serius menghisab diri. Hal tersebut tidak lain karena hadis Nabi yang berbunyi, "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara. Tentang umurnya untuk apa dihabiskannya. Tentang masa mudanya digunakan untuk apa. Tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu" Tirmidzi.

hasibu qobla an tuhasabu